Laju Reaksi

         Blog KoKim - Dari manakah asal minyak bumi? Apakah muncul dengan sendirinya? Tentu saja jawabnya tidak. Minyak bumi berasal dari sisa-sisa makhluk hidup kecil-kecil yang tertimbun jutaan tahun di dalam perut bumi. Makhluk hidup kecil-kecil disebut plankton. Oleh adanya tekanan dan suhu yang tinggi plankton-plankton akan mengalami reaksi kimia sehingga berubah menjadi minyak bumi. Reaksi pembentukan minyak bumi merupakan reaksi yang berjalan lambat.

         Ledakan bom, petasan, dan pembakaran zat organik merupakan reaksi kimia yang berjalan sangat cepat.
Gambar: Ledakan bom yang berjalan cepat

         Di alam, ada reaksi kimia yang berjalan cepat dan ada pula yang berjalan lambat atau bahkan sangat lambat. Reaksi peluruhan zat radioaktif merupakan salah satu contoh reaksi yang berjalan sangat lambat sampai jutaan tahun. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kecepatan reaksi dan bagaimana logikanya? Hal ini akan dapat kalian jawab setelah mempelajari artikel ini dengan seksama.

         Sebelum membahas tentang laju reaksi, ada baiknya kita membahas tentang kecepatan reaksi. Karena, banyak yang tidak tahu bahwa laju reaksi dan kecepatan reaksi tidaklah sama. Apa yang dimaksud dengan kecepatan reaksi? Kata kecepatan berhubungan erat dengan waktu tempuh ($t$). Mobil dikatakan bergerak cepat jika dalam waktu singkat dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Pesawat terbang bergerak lebih cepat dibandingkan dengan mobil, sedangkan mobil relatif bergerak lebih cepat dibandingkan sepeda. Sepeda dapat bergerak lebih cepat dari pada orang jalan kaki.

         Secara fisika definisi dari kecepatan adalah jarak yang ditempuh benda pada waktu tertentu. Kecepatan disimbolkan dengan $v$ dan dapat dituliskan rumusnya sebagai berikut:
$ \begin{align} v =\frac{s}{t} \end{align} $
Keterangan :
$v$ = kecepatan (meter detik$^{-1}$)
$s$ = jarak (meter)
$ t $ = waktu (detik)

         Masih ingatkah kalian dengan persamaan reaksi? Persamaan reaksi terdiri atas reaktan dan produk. Reaksi berjalan mulai dari reaktan menuju produk. Reaktan terletak di sebelah kiri anak panah, sedangkan produk terletak di sebelah kanan. Dalam hal ini jika diandaikan reaksi berjalan terus, maka secara logika terlihat jumlah molaritas reaktan akan semakin berkurang, sedangkan jumlah molaritas produk akan semakin bertambah. Karena dalam reaksi tidak ada jarak yang harus ditempuh, maka jumlah molaritas reaktan berkurang setiap saat atau jumlah molaritas produk bertambah setiap saat. Hal ini dapat dianalogikan sebagai jarak yang ditempuh.

         Dengan analogi tersebut, maka kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai "kecepatan berkurangnya molaritas reaktan tiap satuan waktu". Atau jika ditinjau dari produk kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai "kecepatan bertambahnya molaritas produk tiap satuan waktu".
Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan :
$v$ = kecepatan reaksi (Molar detik$^{-1}$)
[reaktan] = molaritas reaktan (Molar)
[produk] = molaritas produk (Molar)
$t$ = waktu yang dibutuhkan (detik)

         Satuan waktu yang digunakan adalah detik dan dapat disingkat det. Tanda minus pada persamaan pertama perlu diberikan, karena setiap saat molaritas reaktan berkurang. Jika molaritas reaktan berkurang, maka selisih ($\Delta$) menjadi negatif, sedangkan kecepatan reaksi tidak mungkin berharga negatif. Simbol [ ] merupakan simbol molaritas zat dengan satuan molar dan disimbolkan M.

Contoh soal :
Diketahui persamaan reaksi
A + 3B $\rightarrow $ 2C + 2D
Molaritas B mula-mula 0,9986 M dan dalam waktu 13,2 menit molaritas B berubah menjadi 0,9746 M. Berapa kecepatan reaksi rata-rata selama waktu tersebut dalam M per detik?

Jawab:
Molaritas B berubah selama reaksi berlangsung 13,2 menit dapat dihitung sebagai berikut:
$\Delta$[B] = 0,9746 M - 0,9986 M = -0,0240 M
$\Delta$t = 13,2 menit = 792 detik
$\begin{align} \text{Kecepatan reaksi } & = -\frac{1}{3} \times \frac{\Delta B}{\Delta t} \\ & = -\frac{1}{3} \times \frac{-0,0240 \, M}{792 \, detik} \\ & = \frac{1}{3} \times (3,03 \times 10^{-5} ) \, Mdetik^{-1} \\ & = 1,01 \times 10^{-5} \, M \, detik^{-1} \end{align} $
Jadi, kecepatan reaksinya sebesar $ 1,01 \times 10^{-5} $ M det$^{-1}$

         Ada hal yang membedakan kata kecepatan dan laju reaksi. Ditinjau dari fisika kecepatan merupakan besaran vektor, sehingga memiliki besar dan arah, sedangkan laju merupakan besaran skalar yang hanya memiliki besar. Perbedaan pemakaian ini karena ada dua tinjauan yang berbeda.

         Jika ditinjau dari jalannya reaksi yang berjalan dari reaktan menjadi produk, maka dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki arah dan besar. Hal ini sesuai dengan hukum yang dikemukakan oleh Gulberg dan Waage yang hanya meninjau persamaan kecepatan reaksi dari segi reaktan saja, sehingga istilah kecepatan sesuai. Dari definisi yang berbunyi "perubahan molaritas pada setiap waktu tertentu", tidak terlihat adanya arah reaksi, karena definisi ini menunjukkan bahwa perubahan molaritas dapat dilihat baik dari reaktan maupun produk. Jika ditinjau dari reaktan, maka molaritas reaktan akan semakin berkurang. Sedangkan jika ditinjau dari produk, maka molaritas produk akan semakin besar. Dari definisi tersebut istilah laju lebih tepat digunakan. Buku ini akan menggunakan istilah laju reaksi, karena istilah ini memiliki arti lebih luas. Laju reaksi disimbolkan dengan $r$ yang artinya rate reaction.

Misal reaksi zat A menjadi B dapat dituliskan sebagai berikut.
A $\rightarrow$ B
Laju reaksi A adalah:
$ \begin{align} r_A = -\frac{\Delta [A]}{\Delta t} \end{align} $
Laju reaksi B adalah:
$ \begin{align} r_B = \frac{\Delta [B]}{\Delta t} \end{align} $
Sehingga,laju persamaan reaksi tersebut dapat ditulis:
$ \begin{align} r_A = -\frac{\Delta [A]}{\Delta t} = \frac{\Delta [B]}{\Delta t} \end{align} $

Untuk persamaan reaksi dengan koefisien berbeda berikut:
$aA \rightarrow bB $
Persamaan laju reaksinya dapat ditulis:

       Demikian pembahasan materi Laju Reaksi dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan hukum laju reaksi.

Reaksi Kesetimbangan dalam Industri

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas materi reaksi kesetimbangan dalam industri. Dalam industri, ada bahan-bahan yang dihasilkan melalui reaksi-reaksi kesetimbangan, misalnya industri pembuatan ammonia, pembuatan asam nitrat dan pembuatan asam sulfat. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh hasil yang berkualitas tinggi dalam jumlah banyak dengan menggunakan proses efisien dan efektif. Untuk memecahkan masalah tersebut, pengetahuan tentang kesetimbangan kimia sangat diperlukan. Berikut ini akan dibahas cara pembuatan ammonia, asam sulfat, dan asam nitrat yang efisien, efektif dan biaya yang tidak terlalu besar.

Pembuatan Amonia dengan Proses Haber-Bosch
       Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen tidak banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis senyawa-senyawa nitrogen yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan hidrogen membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen lainnya, seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH$_2)_2$) merupakan bahan kimia yang terbentuk melalui reaksi NH$_3$ dengan CO$_2$.

       Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam monomer yang mengandung nitrogen untuk industri nilon, polimer-polimer akrilat, dan busa poliutretan. Amonia juga digunakan dalam industri farmasi, macam-macam bahan organik, anorganik, detergen dan larutan pembersih, pupuk, dan bahan peledak (TNT atau trinitrotoluena).

       Dasar teori dari reaksi sintesis amonia dan uji laboratorisnya merupakan penelitian Fritz Haber (1908). Usaha pengembangan proses Haber menjadi proses besar-besaran. Usaha tersebut merupakan tantangan bagi insinyur-insinyur kimia pada saat itu. Hal ini karena metode tersebut mensyaratkan reaksi kimia dalam fasa gas pada suhu dan tekanan tinggi dengan katalis yang sesuai. Pekerjaan ini dipimpin oleh Carl Bosch di Badishe Anilin and Soda Fabrik (BASF). Pada tahun 1913, pabrik beroperasi dengan produksi 30.000 kg NH$_3$ per hari. Pabrik amonia modern saat ini mempunyai kapasitas 50 kali lebih besar.

Beberapa data relevan mengenai reaksi sintesis amonia adalah:
$N_2(g) + 3 H_2(g) \rightleftharpoons 2 NH_3(g) $
$ \Delta H $ = -92,38 kJ/mol, suhu = 298 K, Kp = 6,2 $\times 10^5 $

       Untuk setiap 1 mol gas nitrogen dan 3 mol gas hidrogen dihasilkan 2 mol gas amonia. Peningkatan tekanan menyebabkan campuran reaksi bervolume kecil dan menyebabkan terjadinya reaksi yang menghasilkan amonia lebih besar. Reaksi ke kanan bersifat eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik terjadi jika suhu diturunkan, sehingga reaksi bergeser ke kanan menghasilkan ammonia makin besar. Jadi kondisi optimum untuk produksi NH$_3$ adalah tekanan tinggi dan suhu rendah. Tetapi, keadaan optimum ini tidak mengatasi masalah laju reaksi. Sekalipun produksi kesetimbangan NH$_3$ lebih baik terjadi pada suhu rendah, namun laju pembentukannya sangat lambat, sehingga reaksi ini tidak layak. Salah satu cara untuk meningkatkan reaksi adalah dengan menggunakan katalis. Walaupun tidak mempengaruhi kesetimbangan, namun katalis dapat mempercepat reaksi. Keadaan reaksi yang biasa dilakukan dalam proses Haber-Bosch adalah pada suhu 550 $^\circ$C, tekanan dari 150 sampai dengan 500 atm, dan katalis biasanya besi dengan campuran Al$_2$O$_3$, MgO, CaO, dan K$_2$O. Cara lain untuk meningkatkan laju produksi NH$_3$ adalah memindahkan NH$_3$ dengan segera setelah terbentuk.

       Titik didih gas NH$_3$ lebih tinggi daripada titik didih nitrogen dan hidrogen. Proses selanjutnya, gas amonia didinginkan sehingga mencair. Gas nitrogen dan gas hidrogen yang belum bereaksi dan gas amonia yang tidak mencair kemudian diresirkulasi, dicampur dengan gas nitrogen dan hidrogen, kemudian dialirkan kembali ke dalam tangki.
Sumber: Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 2, Ralph H. Petrucci, 1996.

Bagan pembuatan amonia secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Pembuatan asam sulfat dengan proses kontak
       Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses berikut:
a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas belerang dioksida.
$S(s) + O_2(g) \rightarrow SO_2(g) $
b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang trioksida.
$SO_2(g) + \frac{1}{2} O_2(g) \rightleftharpoons SO_3(g) $
Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium pentaoksida (V$_2$O$_5$) pada suhu $\pm$ 450 $^\circ$C.
c. SO$_3$ yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air untuk menghasilkan asam sulfat.
$SO_3(g) + H_2O(l) \rightarrow H_2SO_4(aq) $
d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan asam sulfat yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO$_3$ dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat aliran H$_2$SO$_4$ pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat (H$_2$S$_2$O$_7$) atau disebut "oleum". Asam pirosulfat direaksikan dengan air sampai menghasilkan asam sulfat.
$SO_3(g) + H_2SO_4(g) \rightarrow H_2S_2O_7(aq) $
$H_2S_2O_7(aq) + H_2O(l) \rightarrow 2 H_2SO_4(l) $

       Beberapa manfaat asam sulfat adalah untuk pembuatan pupuk, di antaranya pupuk superfosfat, detergen, cat kuku, cat warna, fiber, plastik, industri logam, dan pengisi aki. Asam sulfat kuat 93% sampai dengan 99% digunakan untuk pembuatan berbagai bahan kimia nitrogen, sintesis fenol, pemulihan asam lemak dalam pembuatan sabun, pembuatan asam fosfat dan tripel superfosfat. Oleum (H$_2$S$_2$O$_7$) digunakan dalam pengolahan minyak bumi, TNT (trinitrotoluena), dan zat warna serta untuk memperkuat asam lemah.

Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak yang menggunakan pembakaran belerang dan absorpsi tunggal dengan injeksi udara (pengenceran) antartahap.
 Gambar: proses kontak
Sumber: Austin, Goerge T. E. Jasjfi. 1996.

Pembuatan asam nitrat (HNO$_3$) dengan proses Ostwald
       Asam nitrat (HNO$_3$) merupakan asam oksidator kuat yang cukup berbahaya. Asam ini mudah bereaksi dengan logam membentuk gas beracun. Dalam kehidupan sehari-hari, asam nitrat sering digunakan sebagai dasar pembuatan pupuk sebagaimana dengan amoniak. Asam ini juga merupakan bahan dalam pembuatan bahan peledak. Pembuatan asam nitrat dikenal dengan proses Otswald. Proses ini berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
a. Pembentukan NO
Gas NO diperoleh dari mereaksikan amoniak dengan oksigen pada suhu 900 $^\circ$C tekanan 4 atm sampai 10 atm dengan adanya katalis Pt-Rh. Reaksi yang terjadi adalah
$4NH_3(g) + 5O_2(g) \rightleftharpoons 4NO(g) + H_2O(l) \, \, \Delta H$ = -907 kJ

b. Pembentukan NO$_2$
Setelah gas NO terbentuk, gas NO didinginkan dahulu sampai suhu mencapai 25-40 $^\circ$C kemudian direaksikan dengan gas oksigen pada tekanan 7-12 atm. Reaksi yang terjadi adalah
$2NO(g) + O_2(g) \rightleftharpoons 2NO_2(g) \, \, \, \, \Delta H $ = -114 kJ

c. Pembentukan HNO$_3$
Pada tahap ini, gas NO$_2$ direaksikan dengan air membentuk HNO$_3$ dan NO. Reaksi yang terjadi
$3NO(g) + H_2O(l) \rightleftharpoons 2HNO_3(g) + NO(g) \, \, \, \Delta H $ = -114 kJ

       Demikian pembahasan materi Reaksi Kesetimbangan dalam Industri dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan kesetimbangan kimia yang ada pada artikel terkait di bawah ini.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kesetimbangan

         Blog KoKim - Apakah yang akan terjadi bila simpanan air di bumi habis? Penggundulan hutan karena pohon-pohon ditebang untuk diambil kayunya atau membuka lahan untuk ladang. Tidak ada simpanan air tanah. Siklus air menjadi terganggu, sehingga system kesetimbangan air di alam juga akan terganggu. Kalau ada pengaruh dari luar, sistem kesetimbangan akan mengadakan aksi untuk mengurangi pengaruh atau gangguan tersebut. Pada artikel ini kita akan membahas materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kesetimbangan.

         Kalau ada pengaruh dari luar, sistem kesetimbangan akan terganggu. Untuk mengurangi pengaruh perubahan, sistem kesetimbangan akan mengadakan aksi misalnya terjadi lagi reaksi-reaksi di antara komponennya atau terjadi penguraian dari satu komponen, sehingga pengaruh tersebut akan berkurang. Henry Louis Le Chatelier, ahli kimia Prancis (1852 - 1911) mengemukakan suatu pernyataan mengenai perubahan yang terjadi pada sistem kesetimbangan jika ada pengaruh dari luar. Pernyataan ini dikenal sebagai Azas Le Chatelier.

         Azas Le Chatelier menyatakan: "Bila pada system kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa, sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya". Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan (Martin S. Silberberg, 2000). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran reaksi kesetimbangan adalah:
1. perubahan konsentrasi salah satu zat
2. perubahan volume atau tekanan
3. perubahan suhu

Pengaruh perubahan konsentrasi pada reaksi kesetimbangan
       Untuk mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada kesetimbangan, perhatikan percobaan penambahan ion-ion dan zat lain pada sistem kesetimbangan berikut.

       Sesuai dengan azas Le Chatelier jika salah satu zat konsentrasinya diperbesar, reaksi akan bergeser ke arah yang berlawanan, jika salah satu zat konsentrasinya diperkecil, reaksi akan bergeser kearah zat tersebut. Pada percobaan ini didapat bahwa penambahan ion Fe$^{3+}$ dan SCN$^-$ menyebabkan larutan standar menjadi lebih merah, berarti ion Fe(SCN)$^{2+}$ bertambah. Pada kesetimbangan ini adanya penambahan ion Fe$^{3+}$ dan ion SCN$^-$ menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah ion Fe(SCN)$^{2+}$.

       Pada penambahan kristal Na$_2$HPO$_4$, mengakibatkan warna merah pada larutan berkurang, sebab jumlah ion Fe(SCN)$^{2+}$ berkurang. Mengapa ion Fe(SCN)$^{2+}$ berkurang? Kristal Na$_2$HPO$_4$ berfungsi untuk mengikat ion Fe$^{3+}$, maka untuk menjaga kesetimbangan, ion Fe(SCN)$^{2+}$ akan terurai lagi membentuk ion Fe$^{3+}$ dan SCN$^-$ atau kesetimbangan bergeser ke arah ion Fe$^{3+}$ dan SCN$^-$. Dari eksperimen di atas dapat disimpulkan:
*). Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponen ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan.
*). Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponennya dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen tersebut.

Contoh:
a). $ N_2(g) + 3H_2(g) \rightleftharpoons 2NH_3(g) $
*). Jika gas $ N_2 $ ditambahkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah NH$_3$.
*). Jika gas $ N_2 $ dikurangi, kesetimbangan akan bergeser ke arah N$_2$.

b). $ 2HCl (g) \rightleftharpoons H_2(g) + Cl_2(g) $
*). Jika gas HCl ditambahkan, kesetimbangan bergeser ke arah H$_2$ dan Cl$_2$.
*). Jika gas HCl dikurangi, kesetimbangan bergeser ke arah HCl.

Pengaruh perubahan tekanan dan volum pada kesetimbangan
       Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam system akan mengadakan reaksi berupa pergeseran kesetimbangan sebagai berikut.
1. Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi kecil.
2. Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi besar.

Dengan catatan: Pada sistem kesetimbangan di mana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri sama dengan jumlah koefisien reaksi sebelah kanan, maka perubahan tekanan atau volume tidak menggeser letak kesetimbangan.

Contoh:
1. Pada reaksi kesetimbangan: $N_2(g) + 3 H_2(g) \rightleftharpoons 2 NH_3(g) $
jumlah koefisien reaksi di kanan = 2
jumlah koefisien reaksi di kiri = 1 + 3 = 4
*). Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (jumlah koefisien kecil), yaitu ke arah hasil reaksi / produk NH$_3$
*). Bila pada sistem kesetimbangan tersebut tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (jumlah koefisien besar), yaitu ke arah pereaksi / reaktan yaitu N$_2$ dan H$_2$.

2. Reaksi: $H_2(g) + I_2(g) \rightleftharpoons 2 HI(g) $
Jumlah koefisien reaksi di kanan = 2
Jumlah koefisien reaksi di kiri = 1 + 1 = 2
Perubahan tekanan atau volume pada kesetimbangan di atas tidak menyebabkan pergeseran kesetimbangan, sebab jumlah koefisien pereaksi sama dengan koefisien hasil reaksi.

Pengaruh suhu pada reaksi kesetimbangan
       Reaksi kesetimbangan dapat merupakan reaksi eksoterm maupun endoterm. Pada reaksi-reaksi ini perubahan suhu sangat berpengaruh. Menurut Van't Hoff:
1. Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
2. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).

Contoh:
$ 2 NO(g) + O_2(g) \rightleftharpoons 2 NO_2(g) \, \, \, \Delta H = -216 $ kJ
(reaksi ke kanan eksoterm)

Reaksi ke kanan eksoterm berarti reaksi ke kiri endoterm.
*). Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (ke arah endoterm atau yang membutuhkan kalor).
*). Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (ke arah eksoterm).

Pengaruh katalisator pada reaksi kesetimbangan
       Fungsi katalisator dalam reaksi kesetimbangan adalah mempercepat tercapainya kesetimbangan dan tidak merubah letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan Kc tetap). Hal ini disebabkan katalisator mempercepat reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar.

       Demikian pembahasan materi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kesetimbangan. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan reaksi kesetimbangan dalam industri.

Kesetimbangan Dissosiasi

         Blog KoKim - Tahukah kalian, apa kesetimbangan dissosiasi itu? Kesetimbangan dissosiasi adalah reaksi kesetimbangan dari reaksi penguraian gas. KC merupakan tetapan kesetimbangan molaritas, [A] dan [B], merupakan molaritas gas A dan gas B. Dalam buku lain juga menyebutkan istilah kesetimbangan dissosiasi sama dengan derajat dissosiasi, dimana maksudnya sama saja hanya perbedaan penyebutannya.

         Dalam persamaan reaksi kesetimbangan, harus diketahui dengan pasti berapa molaritas zat-zat setelah tercapai keadaan setimbang. Reaksi penguraian gas tidak pernah habis. Oleh karena itu, gas yang terurai dalam keadaan setimbang mempunyai harga yang menyatakan bagian yang terdisosiasi. Harga ini dikenal dengan istilah derajat disosiasi atau derajat peruraian. Derajat disosiasi didefinisikan sebagai banyaknya bagian yang terurai dibagi dengan bagian mula-mula dan mempunyai simbol $\alpha$ . Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh soal 1:
Dalam reaksi disosiasi N$_2$O$_4$ berdasarkan persamaan reaksi:
$ N_2O_4(g) \rightleftharpoons 2 NO_2(g) $
banyaknya mol N$_2$O$_4$ dan NO$_2$ pada keadaan setimbang adalah sama. Pada keadaan ini, berapakah harga derajat disosiasinya?
Jawab:
*). Misalkan pada keadaan setimbang mol N$_2$O$_4$ = mol NO$_2$ = 2 mol
*). Pada produk NO$_2$, mol zat sisa = mol zat yang bereaksi = 2 mol
*). Perbandingan mol = perbandingan koefisien
$\begin{align} \text{Mol } N_2O_4 \, \text{ yang bereaksi } & = \frac{koefisien \, N_2O_4}{koefisien \, NO_2} \times mol \, NO_2 \\ & = \frac{1}{2} \times 2 \\ & = 1 \, mol \end{align} $
*). Mol N$_2$O$_4$(g) sisa = mol N$_2$O$_4$(g) mula-mula $ - $ mol N$_2$O$_4$(g) bereaksi atau
Mol N$_2$O$_4$(g) mula-mula = mol N$_2$O$_4$(g) sisa + mol N$_2$O$_4$(g) bereaksi = 2 + 1 = 3 mol

Contoh soal 2:
Pada reaksi kesetimbangan:
$PCl_5(g) \rightleftharpoons PCl_3(g) + Cl_2(g) $
bila dalam ruang 2 liter, 8 mol gas PCl$_5$ berdisosiasi 75%, tentukan besarnya harga tetapan kesetimbangan konsentrasi (Kc)!
Jawab:

       Demikian pembahasan materi Kesetimbangan Dissosiasi dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan.

Tetapan Kesetimbangan

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas materi tetapan kesetimbangan. Dalam keadaan setimbang, perbandingan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tergantung pada suhu dan jenis reaksi kesetimbangan. Cato Maximilian Guldberg dan Peter Waage, dua ahli kimia dari Norwegia, menyatakan bahwa dalam reaksi kesetimbangan berlaku hukum kesetimbangan.

Bunyi Hukum Kesetimbangan
       Dalam keadaan setimbang pada suhu tertentu, hasil perkalian konsentrasi hasil reaksi dibagi perkalian konsentrasi pereaksi yang masing-masing dipangkatkan koefisiennya mempunyai nilai konstan.

         Sesuai dengan prinsip Le Chatelier pada pelajaran sebelumnya, jika dalam reaksi kesetimbangan dilakukan aksi, maka kesetimbangan akan bergeser dan sekaligus mengubah komposisi zat-zat yang ada untuk kembali mencapai kesetimbangan. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa tetapan kesetimbangan merupakan perbandingan hasil kali molaritas reaktan dengan hasil kali molaritas produk yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya. Dalam kesetimbangan homogen, rumusan Kc dihitung dari konsentrasi semua zat yang terlibat dalam reaksi. Perhatikan reaksi berikut.

Untuk menghitung besar Kc pada kesetimbangan homogen, dipergunakan rumus berikut.

Sedangkan untuk kesetimbangan heterogen, rumusan Kc dihitung dari:
1. Untuk campuran gas dengan padat, yang diperhitungkan hanya zat yang berfasa gas.
2. Untuk campuran larutan dengan padat, yang diperhitungkan hanya larutan saja.

       Tetapan kesetimbangan seperti penjelasan sebelumnya berlaku untuk senyawa berwujud cair atau gas. Khusus untuk wujud gas mempunyai harga tetapan kesetimbangan sendiri. Untuk sistem kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran dilakukan terhadap tekanan bukan molaritas. Tetapan kesetimbangan diberi harga dalam tekanan parsial gas. M isalpada suhu (T) tetap terdapat kesetimbangan antara gas A dan gas B seperti persamaan reaksi berikut.


Hubungan antara tekanan parsial gas A dipangkatkan koefisien gas A dan tekanan parsial gas B yang juga dipangkatkan dengan koefisien gas B dapat dituliskan sebagai berikut.
Jika tekanan parsial gas A dikalikan dengan tetapan, maka tanda (~) dapat berubah menjadi tanda (=), yaitu:
KP merupakan tetapan kesetimbangan gas. Harga tetapan kesetimbangan gas dapat dihitung dengan rumus berikut:
$ \begin{align} K_p = \frac{P_B^b}{P_A^a} \end{align} $
dengan KP = tetapan kesetimbangan gas
PA = tekanan parsial gas A ............ (atm)
PB = tekanan parsial gas B ............ (atm)

Tekanan parsial gas dapat dihitung dengan rumus berikut.
dengan X = fraksi mol
Pt = tekanan total ... (atm)
X merupakan simbol dari fraksi mol. Fraksi mol merupakan perbandingan mol gas suatu zat dengan mol total.

Dengan mengasumsikan bahwa gas merupakan gas ideal dapat diperoleh hubungan antara KP dan KC. Misal persamaan reaksi kesetimbangan
Persamaan gas ideal $PV = nRT$
$ \begin{align} P = \frac{nRT}{V} \end{align} $
Dimana $ \frac{n}{V} \, $ adalah konsentrasi molar atau molaritas. Karena:
$ \begin{align} K_p = \frac{P_B^b}{P_A^a} \end{align} $
maka :
Jadi $\Delta n = b-a$, maka:
$ \begin{align} K_P = K_C(RT)^{\Delta n} \end{align} $
Keterangan :
$K_P$ = tetapan kesetimbangan gas
$K_C$ = tetapan kesetimbangan cair
R = tetapan suhu .... (0,08206 L atm mol$^{-1}$ K$^{-1}$)
T = suhu..... (Kelvin)

Untuk lebih memahaminya, perhatikan beberapa contoh soal berikut ini:
1. Campuran gas dengan komposisi 0,3 mol gas A; 0,45 gas B; dan 0,75 mol gas C disimpan dalam suatu tempat. Tempat tersebut mempunyai tekanan 6 atm. Hitung tekanan parsial masing-masing gas.
Jawab:

2. Gas amoniak terurai menjadi gas hidrogen dan nitrogen menurut reaksi
$2NH_3(g) \rightleftharpoons N_2(g) + 3H_2(g) $
Tekanan parsial gas NH$_3$, N$_2$, dan H$_2$ masing-masing 1,5 atm; 0,5 atm; dan 1,5 atm. Tentukan harga tetapan kesetimbangan gas tersebut.
Jawab:


3. Persamaan kesetimbangan antara dinitrogen tetraoksida dan nitrogen dioksida dapat dituliskan sebagai berikut.
$N_2O_4 (g) \rightleftharpoons 2NO_2 (g) \, $ K$_P$ = 0,660 pada 319 K
Hitung K$_C$ dengan mengaplikasikan hubungan antara K$_P$ dan K$_C$.
Jawab:

       Demikian pembahasan materi Tetapan Kesetimbangan dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan kesetimbangan dissosiasi.

Kesetimbangan Kimia

         Blog KoKim - Pernahkan kalian membeli beras di warung atau pasar? Apakah penjual menimbang beras yang kalian beli? Jika kalian membeli beras 1 kg, maka anak timbangan yang dipakai juga mempunyai massa 1 kg. Beras sama dengan 1 kg jika telah terjadi kesetimbangan dengan anak timbangan tersebut. Secara garis besar kesetimbangan dapat dibedakan menjadi kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Apa kesetimbangan statis dan dinamis itu? Jawaban pertanyaan tersebut akan kita bahas dalam artikel kesetimbangan kimia.
Gambar: timbangan yang menerapkan kesetimbangan statis

         Mengapa benda yang diletakkan di atas meja tidak jatuh? Mengapa adik dapat berdiri di atas tanah? Semua benda yang diam dan tidak bergerak dikatakan dalam keadaan setimbang. Keadaan setimbang benda-benda yang tidak bergerak merupakan keadaan setimbang statis. Dalam kesetimbangan statis jumlah gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol atau tidak ada kerja dalam kesetimbangan. Coba kalian dorong buku di atas meja. Pasti buku tersebut bergerak, bukan?

         Coba lakukan kegiatan pembakaran kertas atau kayu. Apa yang terjadi jika kertas atau kayu dibakar? Kayu atau kertas yang dibakar akan menghasilkan arang dan abu. Arang dan abu tidak akan dapat kembali lagi menjadi kertas. Proses berubahnya kayu atau kertas menjadi arang dan abu dinamakan reaksi kimia yang berkesudahan, karena reaksi tersebut tidak dapat kembali seperti semula.

         Perhatikan proses pendidihan air di rumah kalian. Amati dengan baik pada saat air mendidih, maka terjadi perubahan dari wujud cair menjadi wujud gas, yaitu uap air. Uap air yang terjadi jika terkena tutup atau benda lain dapat berubah menjadi air lagi. Proses berubahnya air berbentuk cair menjadi uap dan sesudahnya dapat menjadi air lagi merupakan proses dapat balik. Jika kecepatan berubahnya air menjadi uap air sama dengan proses berubahnya uap air menjadi air, maka peristiwa tersebut merupakan proses keset imbangan. Kesetimbangan yang terjadi karena adanya perubahan dua arah inilah yang dinamakan kesetimbangan dinamis.

         Sama halnya ketika besi berkarat, sangat sulit untuk mengubah kembali karat tersebut menjadi besi, meskipun dapat dilakukan, digunakan jalan reaksi yang berbeda dengan proses perkaratannya. Reaksi seperti ini dikatakan berlangsung satu arah atau reaksi ireversibel.

         Reaksi-reaksi kimia pada umumnya berlangsung satu arah. Tetapi ada juga reaksi yang dapat berlangsung dua arah atau dapat balik. Pada reaksi ini hasil reaksi dapat berubah lagi menjadi zat-zat semula. Reaksi semacam ini disebut juga dengan reaksi reversibel. Reaksi reversibel adalah reaksi yang dapat dibuat ke arah reaksi sebaliknya pada kondisi tertentu, misalkan jika kamu lewatkan uap air pada besi panas, uap air akan bereaksi dengan besi membentuk endapan berwarna hitam yang merupakan Fe$_3$O$_4$.
$ 3 Fe(s) + 4 H_2O(g) \rightarrow Fe_3O_4(s) + 4 H_2(g) $

         Pada kondisi yang lain, hasil dari reaksi ini akan bereaksi kembali, dimana hidrogen dilewatkan kembali di atas Fe$_3$O$_4$ sehingga terbentuk Fe dan H$_2$O.
$ Fe_3O_4(s) + 4 H_2(g) \rightarrow 3 Fe(s) + 4 H_2O(g) $
Sehingga dalam wadah berapa lama pun reaksi ini berlangsung akan selalu diperoleh Fe dan uap air yang seolah-olah tidak dapat bereaksi lagi. Untuk mencegah hal itu biasanya hasil reaksi seperti uap air harus dikeluarkan.

         Reaksi dapat balik terjadi dalam satu sistem dan laju reaksi ke arah hasil atau sebaliknya sama disebut reaksi dalam keadaan setimbang atau sistem kesetimbangan. Sistem kesetimbangan banyak terjadi pada reaksi-reaksi dalam wujud gas. Reaksi di atas dapat ditulis dalam suatu persamaan reaksi sebagai :
$ 3 Fe(s) + 4 H_2O(g) \rightleftharpoons Fe_3O_4(s) + 4 H_2(g) $

         Lalu,bagaimana jika reaksi kesetimbangan dengan wujud yang berbeda? Apakah bisa terjadi reaksi kesetimbangan atau tidak. Berdasarkan wujud zatnya reaksi kesetimbangan dikelompokkan menjadi kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennya mempunyai wujud yang sama.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas gas-gas
$ 2SO_2(g) + O_2(g) \rightleftharpoons 2SO_3(g) $
$N_2(g) + 3H_2(g) \rightleftharpoons 2NH_3(g) $
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas ion-ion
$ Fe^{3+}(aq) + SCN^-(aq) \rightleftharpoons Fe(SCN)^{2+}(aq) $
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat berwujud cair
$CH_3COOH(l) + CH_3CH_2OH(l) \rightleftharpoons CH_3COOCH_2CH_3(l) + H_2O(l) $

Sedangkan Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennya terdiri atas zat-zat dengan wujud yang berbeda.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat cair, gas, dan larutan
$CO_2(g) + H_2O(l) \rightleftharpoons H_2CO_3(aq) $
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat dan gas
$ C(s) + 2N_2O(g) \rightleftharpoons CO_2(g) + 2N_2 (g) $
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat, cair, dan gas
$ ICl(l) + Cl_2(g) \rightleftharpoons ICl_3(g) $

       Demikian pembahasan materi Kesetimbangan Kimia dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Tetapan Kesetimbangan.

Koloid dalam Keidupan sehari-hari

         Blog KoKim - Sistem koloid sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Produk-produk pabrik (industri) banyak yang berupa sistem koloid atau menggunakan sistem koloid dalam pembuatannya. Beberapa penggunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari, antara lain

1. Detergen
       Detergen termasuk dalam garam karboksilat, misal Na-oleat, terdiri atas "ekor" alkil non polar dan "kepala" ion karboksilat bersifat polar. Senyawa alkil larut dalam minyak dan ion karboksilat larut dalam air. Prinsip lepasnya minyak atau kotoran dari suatu bahan mengikuti kaidah like dissolves like. Ekor non polar sabun menempel pada kotoran atau minyak, sedangkan kepalanya menempel pada air, akibatnya tegangan permukaan air berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran.

2. Pemurnian gula
       Gula tebu yang masih berwarna dilarutkan dengan air panas, kemudian dialirkan melewati sistem koloid, yaitu tanah diatom atau karbon. Zat warna pada gula tebu akan teradsorpsi sehingga akan diperoleh gula yang bersih dan putih.

3. Pembentukan delta
       Tanah liat dan pasir yang terbawa oleh aliran sungai merupakan sistem koloid yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na$^+$, Mg$^{2+}$, dan Ca$^{2+}$. Ketika air sungai dan air laut bertemu di muara, maka partikel-partikel air laut yang bermuatan positif akan menetralkan sistem koloid pada air sungai sehingga terjadi koagulasi yang ditandai dengan terbentuknya delta.


4. Proses penjernihan air
       Air mengandung partikel-partikel koloid tanah liat dan pasir yang bermuatan negatif. Agar diperoleh air bersih, maka partikelpartikel pengotor harus dinetralkan. Penambahan tawas, dapat memisahkan air dengan partikel-partikel pengotornya. Tawas mengandung ion Al$^{3+}$ yang akan terhidrolisis membentuk koloid Al(OH)$_3$ yang bermuatan positif. Al(OH)$_3$ akan menggumpalkan partikel koloid lumpur sehingga terjadi koagulasi.

       Selain tawas, bahan lain yang juga digunakan dalam proses pengolahan air bersih adalah pasir, kapur tohor, klorin, dan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai penyaring, klorin berfungsi sebagai desinfektan (membasmi hama), sedangkan kapur tohor digunakan untuk menaikan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi akibat penggunaan tawas. Karbon aktif digunakan jika tingkat kekeruhan air yang diproses terlalu tinggi.

5. Penggumpalan darah
       Darah mengandung koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terdapat suatu luka kecil, untuk membantu penggumpalan darah digunakan styptic pencil atau tawas yang mengandung ion Al$^{3+}$ dan Fe$^{3+}$. Ion-ion ini akan menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein sehingga membantu penggumpalan darah.

       Demikian pembahasan materi Koloid dalam keidupan sehari-hari dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan sistem koloid.

Pembuatan Koloid

         Blog KoKim - Pada prinsipnya pembuatan koloid adalah mengubah partikel-partikel berukuran ion, atom, atau molekul menjadi partikel-partikel koloid. Atau mengubah partikel besar menjadi koloid. Untuk memperoleh suatu sistem koloid dapat dilakukan dengan cara kondensasi, dispersi, dan cara gabungan.

PEMBUATAN KOLOID CARA KONDENSASI
       Cara kondensasi yaitu dengan mengubah partikel-partikel yang lebih kecil menjadi partikel yang lebih besar yaitu partikel koloid.

       Hal yang harus diperhatikan pada pengerjaan cara kondensasi adalah menjaga ukuran partikel koloid, karena partikel yang terlalu besar akan mengendap. Untuk menghindari penggumpalan selama kondensasi berlangsung maka selama kondensasi dimulai, larutan sudah harus lewat jenuh dan bibit-bibit kondensasi harus sudah terbentuk. Bibit kondensasi ini sangat diperlukan bagi pembentukan partikel. Partikel sistem koloid yang dihasilkan umumnya bergantung pada:
a. Tingkatan lewat jenuh yang diperoleh,
b. Jumlah bibit kondensasi yang menjadi pusat proses kondensasi,
c. Kecepatan perpindahan partikel berukuran kecil ke arah bibit kondensat.

Untuk memperoleh ukuran partikel koloid yang sama maka pada saat permulaan kondensasi, bibit kondensat harus sudah terbentuk.


Cara kondensasi dapat dilakukan dengan reaksi hidrolisis, reaksi oksidasi, reaksi reduksi, kesetimbangan ion, dan mengubah pelarut.

1. Reaksi hidrolisis
Reaksi hidrolisis digunakan untuk membuat koloid pada logam besi (Fe), aluminium (Al), dan krom (Cr). Hal itu dikarenakan basa logam tersebut bersifat koloid. Pada pembuatan sol Fe(OH)$_3$, larutan FeCl$_3$ ditambahkan pada air panas kemudian diaduk sampai larutan berwarna merah coklat. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
$FeCl_3(aq) + H_2O(l) \rightarrow Fe(OH)_3(koloid) + 3HCl(aq) $
Sol Fe(OH)$_3$ yang terbentuk dapat tahan lama dan partikelnya bermuatan positif karena mengadsorpsi ion H$^+$.

2. Reaksi oksidasi
Pembuatan sol dengan cara oksidasi, misalnya pembuatan sol belerang. Sol belerang dapat dibuat dengan mengalirkan gas H$_2$S ke dalam larutan SO$_2$. Pada reaksi di atas SO$_2$ dioksidasi menjadi S.

3. Reaksi reduksi
Sol dari logam dari Pt, Ag, dan Au dapat dibuat dengan cara mereaksikan larutan logam dengan zat pereduksi misalnya FeSO$_4$ dan formaldehida.
Contoh : $ 2 AuCl_3 + 3 SnCl_2 \rightarrow 3 SnCl_4 + 2 Au $
Pada reaksi tersebut ion A$^{3+}$ direduksi menjadi Au (logam). Au padat adalah partikel fase dispersi yang terbentuk dan menyusun sol emas. Warna sol emas yang terbentuk bisa bermacam-macam tergantung kepada besarnya partikel Au, umumnya berwarna biru sampai merah delima.

4. Kesetimbangan ion atau dekomposisi rangkap
a) Pembuatan sol AgCl
Pada larutan AgNO$_3$ ditambahkan larutan HCl yang sangat encer.
Reaksi: $ Ag^+ + Cl^- \rightarrow AgCl $
b) Pembuatan sol As$_2$S$_3$
Pada larutan H$_2$S encer ditambahkan oksida arsen (As$_2$O$_3$)
Reaksi: $As_2O_3 + 3 H_2S \rightarrow As_2S_3 + 3 H_2O $
Sol As$_2$O$_3$ berwarna kuning, bermuatan negatif, dan termasuk liofob.
5. Penggantian pelarut
Cara kondensasi ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu zat terlarut
Contoh:
1) Belerang larut dalam etanol tapi tidak larut dalam air
Bila larutan jenuh belerang dalam etanol dituangkan dalam air, maka akan terbentuk sol belerang. Hal ini terjadi akibat menurunnya kelarutan belerang di dalam campuran tersebut
2) Indikator fenolftalein larut dalam etanol tetapi tidak larut dalam air.
Bila air ditambahkan ke dalam larutan fenolftalein dalam etanol terbentuk cairan seperti susu.

PEMBUATAN KOLOID CARA DISPERSI
       Pembuatan koloid dengan cara dispersi yaitu dengan memecah molekul besar menjadi molekul-molekul lebih kecil yang sesuai dengan ukuran partikel koloid. Yang termasuk metode dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan cara homogenisasi.

a. Cara mekanik
Dengan cara mekanik, partikel kasar dipecah sampai halus. Dalam laboratorium kimia pemecahan partikel ini dilakukan dengan menggunakan lumping dan palu kecil, sedangkan dalam industri digunakan mesin penggiling koloid. Zat yang sudah halus dimasukkan ke dalam cairan sampai terbentuk suatu sistem koloid.
Contoh: Pembuatan sol belerang
Mula-mula belerang dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam air sehingga terbentuk suatu sistem koloid

b. Cara peptasi
Cara ini dilakukan dengan menambahkan ion sejenis pada suatu endapan, sehingga endapannya terpecah menjadi partikel-partikel koloid. Cara ini biasa digunakan untuk membuat sol liofil.
Contoh: Endapan AgI dapat dipeptasi dengan menambahkan larutan elektrolit dari ion sejenis, misalnya kalium iodida (KI) atau perak nitrat (AgNO$_3$).

c. Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi koloid digunakan sebagai elektrode. Kedua elektrode logam ini saling berdekatan dan diberikan loncatan listrik dalam medium pendispersinya. Akibat loncatan listrik tersebut, timbul panas yang akan menguapkan logam. Uap logam akan terkondensasi dalam medium pendispersinya sehingga terbentuk sol logam.

d. Cara homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin penghomogen sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan pada pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

       Demikian pembahasan materi Pembuatan Koloid. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Koloid dalam keidupan sehari-hari.

Sifat-sifat Koloid

         Blog KoKim - Pada dasarnya sifat koloid dapat digolongkan berdasar sifat optik dan sifat listriknya. Yang tergolong sifat optik, yaitu efek Tyndall dan gerak Brown. Sedang sifat listrik meliputi elektroforesis, adsorpsi, koagulasi, koloid pelindung, dan dialisis.

1. EFEK TYNDALL
       Gejala pemantulan dan pembauran cahaya oleh partikel dispersi sistem koloid disebut efek Tyndall. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday kemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall (1820 - 1893), seorang ahli Fisika bangsa Inggris. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dari koloid. Untuk memahami efek Tyndall, perhatikan gambar di bawah ini:

       Gelas sebelah kiri berisi larutan koloid dan sebelah kanan berisi larutan sejati. Dari gambar terlihat berkas cahaya yang melewati larutan koloid terlihat nyata, sedangkan pada larutan sejati tidak terlihat. Terlihatnya berkas cahaya tersebut disebabkan berkas cahaya yang mengenai partikel koloid akan dihamburkan oleh partikel tersebut.

       Efek Tyndall juga terjadi pada pancaran matahari ke bumi. Pada waktu siang hari yang cerah, maka langit akan berwarna biru. Hal ini terjadi karena sinar matahari melewati partikel-partikel koloid di udara. Hanya komponen sinar matahari dengan panjang gelombang kecil (energi besar) yang dipantulkan, sinar yang dapat dipantulkan tersebut adalah sinar biru, nila. Hal ini terjadi akibat posisi matahari berada pada posisi jauh dari horizon.

2. GERAK BROWN
       Gerak Brown adalah gerak lurus partikel-partikel koloid yang arahnya tidak menentu yang disebabkan oleh tumbukan dari molekul-molekul medium pendispersi dengan partikel-partikel koloid. Perhatikan gambar berikut!
Gambar: tumbukan partikel dalam dispersi

       Gerak Brown bisa berlangsung terus karena gaya yang bekerja pada partikel itu dihasilkan terus menerus oleh tumbukan partikel dengan partikel dan partikel dengan molekul medium pendispersi. Hal ini menyebabkan berkurangnya efek gaya gravitasi bumi terhadap partikel fasa dispersi. Oleh karena gaya gravitasi tidak dapat mengatasi seluruh gaya yang timbul pada tumbukan partikel yang menyebabkan gaya Brown itu, maka partikel koloid tidak dapat mengendap. Gerakan partikel koloid yang tidak menentu arahnya ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Biologi bernama Robert Brown (1773-1859).

3. ELEKTROFORESIS
       Peristiwa elektroforesis adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid menuju elektroda, bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda menunjukkan bahwa partikel-partikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat diamati dengan menggunakan alat sel elektroforesis seperti pada gambar berikut:
Gambar: sel elektroforesis

       Dispersi koloid dimasukkan ke dalam tabung U kemudian dicelupkan elektroda pada mulut tabung. Apabila kawat dihubungkan dengan sumber arus listrik searah dan arus listrik mengalir lewat elektroda positif dan negatif maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda. Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektroda bermuatan negatif. Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat ditentukan muatan dari partikel koloid.

       Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan protein-protein dalam larutan. Muatan pada protein berbeda-beda, tergantung pH. Dengan membuat pH larutan tertentu (misalnya dalam larutan penyangga), pemisahan molekul-molekul protein yang berlainan jenis terjadi.

4. ADSORPSI
       Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H$^+$ dan OH$^-$ dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.

Contoh: Koloid Fe(OH)$4_3$ dalam air menyerap ion hidrogen (ion H$^+$) sehingga partikel bermuatan positif, sedangkan koloid As$_2$S$_3$ menyerap ion hidroksida (ion OH$^-$) sehingga partikel bermuatan negatif.
Gambar: adsorpsi pada permukaan koloid.

5. KOAGULASI
       Koagulasi adalah penggumpalan koloid yang disebabkan oleh penambahan elektrolit atau terjadinya perubahan fisik melalui cara mekanik.
a. Koagulasi dengan penambahan zat kimia/elektrolit
Ion yang efektif untuk menggumpalkan koloid ialah ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid.
Contoh :
1) Koloid Fe(OH)$_3$ dicampur dengan koloid As$_2$S$_3$.
2) Sol emas yang bermuatan negatif dapat dikoagulasikan dengan NaCl, CaCl$_2$, atau AlCl$_3$
3) Partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan asam cuka

b. Koagulasi mekanik
Koagulasi dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan.
Contoh :
1) Telur rebus
2) Pembuatan agar-agar
3) Pembuatan lem

       Apakah teman-teman pernah berjalan-jalan di sekitar muara sungai, jika pernah mungkin kamu pernah melihat daratan kecil di tengah muara tersebut. Daratan kecil tersebut sering dinamai sebagai delta. Delta terbentuk dari pengendapan partikel koloid, karena partikel koloid yang bermuatan mengalami reaksi dengan muatan lawannya ketika partikel tersebut terbawa oleh air sungai dan bertemu dengan air laut yang kaya dengan elektrolit. Hal itu terjadi karena keberadaan ion pasangannya menyebabkan partikel koloid berkumpul bersama akibat menghilangkannya tolakan muatan antar partikel.

       Atau mungkin kalian pernah merebus telur? Telur yang berbentuk cairan kental menggumpal ketika terkena panas, hal ini dikarenakan pemanasan atau penambahan elektrolit dapat menyebabkan partikel koloid berkumpul bersama atau terkoagulasi. Panas meningkatkan energi kinetik dan kecepatan tumbukan antar molekul pada partikel koloid. Partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk berkumpul bersama, sehingga terbentuk gumpalan yang semakin membesar. Proses koagulasi koloid dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan air.

       Air sungai yang mengandung partikel koloid lumpur halus yang bermuatan negatif dicampur dengan koloid Al(OH)$_3$ yang bermuatan positif sehingga terjadi koagulasi dan mengendap. Disamping itu ion Al$^{3+}$ yang terdapat dalam medium koloid Al(OH)$_3$ secara langsung menetralkan muatan koloid Lumpur. Setelah itu air dipisahkan dari endapan dengan cara disaring. Koloid Al(OH)$_3$ diperoleh dari hidrolisis Al3+ dari aluminium sulfat(Al$_2$(SO$_4)_3$) atau tawas aluminium.

6. KOLOID PELINDUNG
       Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung. Cat yang tidak ditambah koloid pelindung akan mengalami koagulasi.

7. DIALISIS
       Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas sistem koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.

       Dialisis adalah suatu cara pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu yang menggunakan selaput semipermeabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat melaluinya. Ion-ion yang keluar melalui selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.

Misalnya, pembuatan sol Fe(OH)$_3$ akan terdapat ion-ion H$^+$ dan CI$^-$. Ion-ion ini akan mengganggu kestabilan sol Fe(OH)$_3$ sehingga sol Fe(OH)$_3$ mudah mengalami koagulasi.
Gambar: peristiwa dialisis

       Demikian pembahasan materi Sifat-sifat Koloid. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Pembuatan koloid.

Macam-macam Sistem Koloid

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas materi macam-macam sistem koloid. Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya.

         Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fasa terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair. Mengapa tidak ada buih gas? Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada tabel berikut:
Sumber: General Chemistry, Principles & Structure, James E. Brady, 1990

         Pada tabel di atas, kita tidak menemukan sistem koloid fase terdispersi gas dan medium pendispersi gas. Hal ini disebabkan campuran gas dengan gas selalu menghasilkan campuran yang homogen. Partikel-partikel gas berukuran molekul atau ion (diameter kurang dari 10 - 7 cm) dan jarak antara partikel gas tersebut sangat renggang.

Untuk lebih mudah memahaminya, pada artikel ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis system koloid di atas. Perhatikan dan simaklah dengan seksama!

$\clubsuit \, $ Aerosol
       Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
Gambar: asap pembakaran bahan bakar kendaraan

Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Gambar: kabut

       Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.

$\clubsuit \, $ Sol
       Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Contoh sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.

       Berdasarkan daya tarik-menarik antar partikel fase terdispersi dan medium pendispersinya, sol dibedakan menjadi sol liofil dan sol liofob. Sol liofil adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai kemampuan menarik medium pendispersi. Contoh, gelatin dalam air dan putih telur dalam air. Sol liofob adalah sol yang fase terdispersinya tidak menarik medium pendispersi. Contoh, As$_2$S$_3$ dalam air, garam sulfida dalam air, dan belerang dalam air. Perbedaan sol liofil dengan sol liofob dapat dilihat pada tabel berikut.

$\clubsuit \, $ Emulsi
      Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
*). Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks.
*). Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.

       Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.

$\clubsuit \, $ Buih
      Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih, antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.

$\clubsuit \, $ Gel
      Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.

       Demikian pembahasan materi Macam-macam Sistem Koloid. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Sifat-sifat koloid.

Komponen Penyusun Koloid

         Blog KoKim - Kita lanjutkan pembahasan tentang sistem koloid yaitu materi komponen penyusun koloid. Sistem koloid adalah campuran antara campuran homogen dan campuran heterogen. Diameter partikel koloid lebih besar daripada partikel larutan sejati, tetapi lebih kecil daripada partikel suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar daripada 10$^{-7}$ cm dan lebih kecil daripada 10$^{-5}$ cm atau antara 1nm sampai 100 nm (1 nm = 10$^{-9}$ m = 10$^{-7}$ cm). Partikel koloid dapat menembus pori-pori kertas saring tetapi tidak dapat menembus selaput semipermeabel.
Gelas I : larutan jernih, air dan gula tidak terpisah.
Gelas II : larutan keruh, ada endapan dan dapat dipisahkan dengan disaring.
Gelas III : larutan keruh, tidak ada endapan, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan.

         Campuran air dan gula membentuk larutan homogeny yang disebut larutan sejati. Air dan pasir membentuk campuran heterogen yang disebut suspensi kasar. Sedangkan larutan sabun mempunyai sifat antara homogen dan heterogen yang disebut sistem koloid atau dispersi koloid. Dispersi koloid, yaitu suspensi dari partikel-partikel yang sangat halus yang tersebar merata dalam suatu medium. Partikel-partikel yang tersebar dalam sistem dispersi koloid disebut fase terdispersi dan mediumnya disebut medium pendispersi. Ukuran diameter partikel-partikel koloid lebih besar daripada diameter partikel larutan sejati tetapi lebih kecil daripada partikel suspensi kasar, yaitu sebesar 10$^{-7}$ cm sampai 10$^{-5}$ cm.

         Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi adalah susu, sedangkan medium dispersi adalah air.
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam tabel berikut:

       Demikian pembahasan materi Komponen Penyusun Koloid. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Macam-macam sistem koloid.

Pengertian Sistem Koloid

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas tentang Pengertian Sistem Koloid. Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.

         Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah system terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi).

         Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.


         Apabila kita mencampurkan gula dengan air, ternyata gula larut dan kita memperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fasa (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10$^{-9}$ m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring.

         Di lain pihak, jika kita mencampurkan tepung terigu dengan air, ternyata tepung terigu tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu akan memisah (mengalami sedimentasi). Campuran seperti ini kita sebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fasa. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan.

         Selanjutnya, jika kita mencampurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra, ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm - 100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.
Sumber: General Chemistry, Principles & Structure, James E. Brady, 1990.

       Demikian pembahasan materi Pengertian Sistem Koloid. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan Komponen penyusun koloid.

Sistem Koloid secara Umum

         Blog KoKim - Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahan-bahan kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk antara padatan dan larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari - hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

         Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menemukan zat yang memiliki sifat berbentuk campuran homogen namun tidak bening, atau keruh, seperti berbagai jenis minuman, susu atau pylox. Dispersi koloid dapat berupa gas, cairan atau pun padatan. Terdapat beberapa contoh koloid berikut ini:

         Sistem koloid dapat juga dijumpai di alam. Udara yang melingkupi bumi mengandung partikel-partikel zat padat (debu), dan zat cair yang tersebar merata membentuk sistem koloid. Hal ini menyebabkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah.

Pada artikel di blog kokim ini, ada beberapa hal yang akan dibahas apa-apa saja yang berhubungan dengan sistem koloid, diantaranya:
*). Pengertian sistem koloid
*). Komponen penyusun koloid
*). Macam-macam sistem koloid
*). Sifat-sifat koloid
*). Pembuatan koloid
*). Koloid dalam keidupan sehari-hari

       Demikian pembahasan materi Sistem Koloid secara Umum. Silahkan teman-teman ikuti submateri pada link di atas atau juga bisa melalui artikel terkait setiap di bagian bawah artikel. Semoga materi ini bermanfaat. Terima kasih.

Pengaruh Radiasi terhadap Makhluk Hidup

         Blog KoKim - Pada artikel ini kita akan membahas tentang Pengaruh Radiasi terhadap Makhluk Hidup. Zat radioaktif memang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Akan tetapi zat radioaktif juga memiliki dampak negative terhadap kehidupan makhluk hidup. Radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif berbahaya bagi tubuh, yaitu mengganggu fungsi normal tubuh. Bahaya radiasi terhadap tubuh ini tergantung beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Jenis radiasi.
       Radiasi gamma merupakan radiasi eksternal yang paling berbahaya. Adapun radiasi internal yang paling berbahaya berasal dari radiasi alfa.
2. Lama penyinaran.
3. Jarak sumber radiasi dengan tubuh.
4. Keberadaan penghalang antara sumber radiasi dengan tubuh.

         Akibat radiasi yang melebihi dosis yang diperkenankan dapat menimpa seluruh tubuh atau hanya lokal. Radiasi tinggi dalam waktu singkat dapat menimbulkan efek akut atau seketika sedangkan radiasi dalam dosis rendah dampaknya baru terlihat dalam jangka waktu yang lama atau menimbulkan efek yang tertunda. Radiasi zat radioaktif dapat memengaruhi kelenjarkelenjar kelamin, sehingga menyebabkan kemandulan.

         Berdasarkan dari segi cepat atau lambatnya penampakan efek biologis akibat radiasi radioaktif ini, efek radiasi dibagi menjadi seperti berikut.
1. Efek segera
       Efek ini muncul kurang dari satu tahun sejak penyinaran. Gejala yang biasanya muncul adalah mual dan muntahmuntah, rasa malas dan lelah serta terjadi perubahan jumlah butir darah.
2. Efek tertunda
       Efek ini muncul setelah lebih dari satu tahun sejak penyinaran. Efek tertunda ini dapat juga diderita oleh turunan dari orang yang menerima penyinaran. Batas dosis maksimum pada manusia yang diizinkan adalah seperti berikut.

         Adapun pada populasi hewan diperkirakan radiasi sebesar 1.000 rem dalam interval waktu yang pendek akan membunuh 100% populasi yang terkena radiasi. Sedangkan dosis 450 rem memungkinkan kematian sekitar 50% dari populasi hewan. Dosis 1 rem pada tumbuhan menyebabkan terjadinya perbedaan sifat dari tumbuhan yang dihasilkan.

       Demikian pembahasan materi Pengaruh Radiasi terhadap Makhluk Hidup dan contoh-contohnya. Silahkan juga baca materi lain yang berkaitan dengan unsur-unsur radioaktif.